Senin, 28 Mei 2018

Makalah Analisis Manfaat dan Biaya Sosial


MAKALAH EKONOMI PERIKANAN

ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA SOSIAL



OLEH :

NAMA                                      :

STAMBUK                              :

JURUSAN                                :





FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

 2016


PENDAHULUAN


Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber- sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua pihak yang menaruh perhatian pada analisis ini, yaitu pertama, para praktisi teknis dan ekonom yang berperan dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan data, dan membuat analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang kekuasaan eksekutif yang berwenang untuk membuat peraturan dan prosedur untuk melaksanakan keputusan publik.

Analisis manfaat dan biaya ini hanya menitikberatkan pada efisiensi penggunaan faktor produksi tanpa mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi, stabilisasi ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan program dari segi efisiensi sedangkan  pemilihan  pelaksanaan  program  berada  di  tangan  pemegang  kekuasaan eksekutif yang dalam memilih juga mempertimbangkan faktor lain. Suatu program yang efisien mungkin tidak akan dilaksanakan karena menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin  lebar.  Sebaliknya  program  yang  menimbulkan  distribusi  pendapatan  yang semakin baik akan dipilih meskipun program tersebut tidak terlalu efisien ditinjau dari hasil analisis manfaat dan biaya.

Saat ini analisis manfaat dan biaya merupakan alat utama dalam membuat evaluasi program atau proyek untuk kepentingan publik, seperti : manajemen sumber daya alam dan pengembangan sumber energi alternatif (Field, 1994). Biasanya analisis ini terintegrasi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan untuk mengevaluasi dampak suatu proyek atau program terhadap lingkungan hidup. Sehingga analisis ini tidak hanya melihat manfaat dan biaya individu, tetapi secara menyeluruh memperhitungkan manfaat dan biaya sosial dan selanjutnya dapat disebut sebagai analisis manfaat dan biaya sosial.


2. Identifikasi Manfaat dan Biaya


2.1. Klasifikasi


Dalam menentukan manfaat dan biaya suatu program/proyek harus dilihat secara luas pada manfaat dan biaya sosial dan tidak hanya pada individu saja. Oleh karena menyangkut kepentingan masyarakat luas maka manfaat dan biaya dapat dikelompokkan dengan berbagai cara (Mangkoesoebroto, 1998; Musgrave and Musgrave, 1989). Salah satunya yaitu mengelompokkan manfaat dan biaya suatu proyek secara riil (real) dan semu (pecuniary). Manfaat riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi pihak lain. Manfaat semu adalah yang hanya diterima oleh sekelompok tertentu, tetapi sekelompok lainnya menderita karena proyek tersebut.

Manfaat riil dibedakan lagi menjadi langsung/primer dan tidak langsung/sekunder (direct/primary dan indirect/secondary). Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan manfaat adalah hanya kenaikan hasil atau kesejahteraan yang diperhitungkan sedangkan kenaikan nilai suatu kekayaan karena adanya proyek tersebut tidak diperhitungkan. Misalnya pada proyek dam maka kenaikan harga tanah disekitar proyek tidak dimasukkan dalam manfaat dari proyek tersebut. Hal ini karena perhitungan kenaikan produktivitas tanah dan kenaikan harga tanah menyebabkan perhitungan ganda dari manfaat adanya proyek tersebut.

Manfaat langsung berhubungan dengan tujuan utama dari proyek atau program. Manfaat langsung timbul karena meningkatnya hasil atau produktivitas dengan adanya proyek atau program tersebut. Misalnya proyek pembangunan dam untuk mengairi sawah. Manfaat  langsung  adalah  kenaikan  hasil  sawah  karena  kenaikan  produktivitas  tanah sebagai akibat dari bertambah baiknya pengairan sawah. Dalam menentukan manfaat ini akan timbul masalah apabila suatu proyek juga memberikan manfaat kepada proyek lain. Sebagai contoh, sebuah jalan dibangun untuk proyek dam dan proyek tenaga listrik. Perhitungan manfaat dari jalan tersebut harus dibagi antara kedua proyek tersebut.

Manfaat  tidak  langsung  adalah  manfaat  yang  tidak  secara  langsung  disebabkan karena adanya proyek yang akan dibangun atau merupkan hasil sampingan. Dalam hal proyek di atas manfaat tidak langsungnya adalah kenaikan produktivitas tanah di luar area pengairan dari dam tersebut. Manfaat tidak langsung ini dapat menjadi luas sekali, tergantung dari sejauh mana memasukkan manfaat tidak langsung ke dalam analisis. Adanya dam juga dapat pula memberikan manfaat lain seperti sebagai tempat rekreasi, pusat tenaga listrik, tempat penghijauan dan sebagainya. Semua manfaat tidak langsung ini


dapat  dimasukkan  ke  dalam  perhitungan  manfaat  dari  proyek  yang  akan  dibangun pemerintah.

Perhitungan biaya suatu proyek harus dilakukan dengan memperhitungkan biaya alternatif  dari  penggunaan  sumber  ekonomi.  Perhitungan  biaya  ini  harus  memasukkan biaya  langsung  dan  biaya  tidak  langsung  yang  berhubungan  dengan  proyek.  Misalnya suatu proyek pengairan di suatu area yang menyebabkan berkurangnya pengairan di area lain. Dalam membuat evaluasi proyek, penurunan produksi tanah dari area lain yang terpengaruh harus dimasukkan ke dalam biaya proyek tersebut. Perhitungan biaya tak langsung  dapat  menjadi  besar  atau  kecil  tergantung seberapa  jauh  biaya  tak  langsung tersebut akan dimasukkan ke dalam perhitungan biaya.

Masalah  lain  adalah  penggunaan  fasilitas  yang  sudah  ada  untuk  pembangunan proyek. Misalnya dalam pembangunan dam, truk-truk untuk pembangunan proyek tersebut menggunakan jalan-jalan yang sudah ada. Apakah ini juga dimasukkan dalam biaya tergantung dari pengaruhnya. Bila truk tidak mengganggu arus lalu lintas maka tidak dimasukkan dalam biaya. Tetapi apabila penggunaan jalan tersebut mengganggu arus lalu lintas maka harus dimasukkan sebagai biaya dalam evaluasi proyek.

Manfaat riil dibedakan pula menjadi manfaat yang berwujud (tangible) dan yang tidak berwujud (intangible). Istilah berwujud ditetapkan bagi yang dapat dinilai di pasar, sedangkan yang tidak berwujud untuk segala sesuatu yang tidak dapat dipasarkan. Manfaat dan biaya sosial tergolong dalam kategori manfaat yang tidak dapat dipasarkan sehingga termasuk kategori manfaat dan biaya yang tidak berwujud (intangible benefits dan intangible costs). Keindahan dari suatu bendungan merupakan contoh dari manfaat tidak berwujud, sedangkan kenaikan produksi pertanian karena tersedianya air yang cukup sepanjang   tahun   sebagai   akibat   pembangunan   dam   merupakan   manfaat   berwujud. Demikian pula biaya pembangunan bendungan dapat dipakai sebagai contoh dari biaya berwujud sedangkan hilangnya pemandangan hutan yang diganti dengan adanya danau buatan merupakan biaya tidak berwujud. Meskipun manfaat dan biaya yang tidak dapat dipasarkan sulit dihitung, tetapi harus dipertimbangkan dalam perhitungan manfaat dan biaya suatu proyek.

Manfaat dan biaya riil dapat pula dibedakan menjadi manfaat dan biaya internal dan eksternal. Suatu proyek yang hanya menghasilkan manfaat dan biaya untuk daerahnya sendiri disebut internal, tetapi bila dapat menghasilkan manfaat atau biaya untuk daerah lain dikatakan eksternal. Kedua macam manfaat dan biaya ini harus diperhitungkan dalam perhitungan evaluasi proyek.


Pada analisis manfaat dan biaya pada proyek swasta, manfaat pada umumnya diukur dengan cara mengalikan jumlah barang yang dihasilkan dengan perkiraan harga barang. Biaya yang diperhitungkan adalah semua biaya yang langsung digunakan proyek tersebut berdasarkan harga pembeliannya. Ini berbeda dengan proyek pemerintah, sebab pada umumnya manfaat penggunaan sumber ekonomi diukur dengan harga pasar oleh karena harga  pada  pasar persaingan sempurna mencerminkan nilai sesungguhnya dari sumber ekonomi yang digunakan. Pada keadaan yang tidak ada persaingan sempurna maka harga pasar tidak menunjukkan nilai sumber ekonomi yang sesungguhnya. Dalam hal ini harus dilakukan penyesuaian dengan menggunakan harga bayangan (shadow price). Beberapa faktor  yang  menyebabkan  tidak  adanya  harga  yang  terjadi  pada  persaingan  sempurna adalah adanya: unsur monopoli, pajak, pengangguran, dan surplus konsumen.

Hal pertama yang dilakukan dalam melaksanakan evaluasi suatu proyek adalah menentukan semua manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari proyek tersebut. Sebagai contoh untuk mengidentifikasi manfaat dan biaya suatu proyek ditunjukkan pada Tabel 1.



2.2. Memperkirakan Nilai yang Tidak Berwujud


Seperti sudah disinggung di atas bahwa manfaat dan biaya tidak berwujud yang tidak dapat dipasarkan sulit dihitung. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan manfaat dan biaya yang tidak berwujud ini (Field, 1994; Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro, 1997; Whiting, 2000).



2.2.1. Manfaat


Manfaat   tidak   berwujud   dapat   ditentukan   berdasarkan   pengukuran   langsung. Misalnya untuk menentukan manfaat dari program penanggulangan pencemaran SO2 maka dapat digunakan langkah-langkah berikut ini : mengukur emisi SO2, mengukur kualitas udara ambient, memperkirakan dampaknya terhadap manusia baik bagi kesehatan, maupun dari segi keindahan, dan yang terakhir adalah memperkirakan nilai dari dampak tersebut. Penentuan manfaat secara langsung ini secara konsep dapat diterapkan, tetapi banyak kendala dalam melakukan pengukuran sebenarnya. Untuk mengatasi kendala ini maka nilai manfaat   diperkirakan   berdasarkan  willingness  to  pay  atau  kesediaan  orang  untuk membayar. Beberapa pendekatan dari konsep willingness to pay yang penting adalah:

-    Nilai Kesehatan


Pencemaran   udara,   misalnya   karena   emisi   SO2,   dapat   menyebabkan   kondisi kesehatan  orang  yang  terkena  pencemaran  akan  memburuk,  dapat  menyebabkan  sakit


kepala, sesak nafas, dan sebagainya. Kesediaan orang untuk mengeluarkan biaya pengobatan atau untuk menghindari sakit akibat pencemaran udara tersebut dapat dipakai sebagai ukuran manfaat dari program penanggulangan pencemaran. Studi yang telah dilakukan pada tahun 1986 di Los Angeles menunjukkan bahwa kesediaan orang untuk membayar dalam kaitannya dengan pencegahan gejala sesak nafas berkisar antara 0,97 –

23,87 dolar Amerika (Field, 1994).




Tabel 1.Ilustrasi mengenai Manfaat serta Biaya Proyek




   

Manfaat
   

Biaya

Proyek Irigasi

Riil
   


Langsung
   

Berwujud
   

Naiknya hasil pertanian
   

Biaya pipa

Tidak berwujud
   

Pelestarian kawasan
   

Hilangnya hutan belantara

Tidak Langsung
   

Berwujud
   

Berkurangnya erosi tanah
   

Pengalihan air

Tidak berwujud
   

Perlindungan masyarakat
   

Rusaknya margasatwa

Semu
   


Langsung
   

Peningkatan pendapatan riil
   


Proyek Pendaratan ke Bulan

Riil
   


Langsung
   

Berwujud
   

Belum diketahui
   

Biaya input

Tidak berwujud
   

Kenikmatan eksplorasi
   

Polusi alam semesta

Tidak Langsung
   

Berwujud
   

Dihasilkannya kemajuan

teknologi
   


Tidak berwujud
   

Perolehan prestise dunia
   


Semu
   


Langsung
   

Kenaikan secara relatif nilai

tanah di Cape Kennedy
   


Proyek Pendidikan

Riil
   


Langsung
   

Berwujud
   

Menaikkan pendapatan di

masa yang akan datang
   

Biaya gaji para pengajar,

biaya gedung, dan pembelian buku-buku

Tidak berwujud
   

Hidup diperkaya
   

Hilangnya waktu senggang

Tidak Langsung
   

Berwujud
   

Berkurangnya biaya untuk

penangkalan tindak kriminal
   


Tidak berwujud
   

Meningkatnya pemilih-

pemilih yang mempunyai inteligensi tinggi
   


Semu
   


Langsung
   

Kenaikan relatif dalam

pendapatan para guru
   


Sumber : Musgrave and Musgrave (1989)




-    Nilai Kehidupan


Pengendalian pencemaran udara dan perbaikan keindahan kota, misalnya akan dapat mengurangi resiko sakit atau meninggal, atau dapat dikatakan mempertinggi nilai kehidupan. Nilai kehidupan ini sangat kompleks karena berhubungan dengan statistik, baik


menyangkut umur rata-rata manusia maupun penghasilan sekelompok masyarakat dan bukan hanya individu. Beberapa studi telah dilakukan dan hasil perkiraan nilai kehidupan ditunjukkan pada Tabel 2.



Tabel 2. Nilai Kehidupan Secara Statistik Menurut Beberapa Studi


(Harga Tahun 1982)



Studi
   

Tahun
   

Unit
   

Nilai Kehidupan Secara Statistik

Amerika Serikat

Arnould/Nichols
   

1983
   

Juta Dollar
   

0,64

Dillingham
   

1979
   

Juta Dollar
   

0,40

Olson
   

1981
   

Juta Dollar
   

7,10

Smith, R.
   

1976
   

Juta Dollar
   

3,30

Thaler/Rosen
   

1975
   

Juta Dollar
   

0,57

Viscusi
   

1979
   

Juta Dollar
   

2,90 – 3,90

Inggris

Marin/Psacharopoulos
   

1982
   

Juta Poudsterling
   

1,64

Veljanovski
   

1981
   

Juta Poudsterling
   

3,39 – 4,59

Needleman
   

1979
   

Juta Poudsterling
   

0,13 – 0,72

Sumber : Field (1994)




-    Biaya Perjalanan


Pendekatan biaya perjalanan dipakai untuk menilai barang yang pada umumnya oleh masyarakat dinilai terlalu rendah, misalnya barang rekreasi (keindahan dan kenyamanan). Untuk memperkirakan manfaat barang tersebut maka digunakan proksi biaya perjalanan untuk mencapai tempat tersedianya barang rekreasi tersebut. Secara tidak langsung dapat ditentukan biaya perjalanan orang untuk menikmati barang rekreasi, misalnya menikmati keindahan pesut, keindahan Danau Toba dan sebagainya. Dengan mempergunakan data biaya perjalanan pada sampel yang besar maka dapat diperkirakan willingness to pay untuk suatu kenyamanan lingkungan hidup. Hasil yang didapat dari pendekatan ini juga dapat memperlihatkan perbedaan pandangan setiap keluarga terhadap kenyamanan lingkungan hidup yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya.



-    Contigent Valuation (CV)


Willingness  to  pay  dapat  juga  diperkirakan  berdasarkan  survei  atau  kuesioner langsung ke masyarakat. Keberhasilan dari survei ini tergantung dari perencanaan dalam pembuatan kuesioner. Kuesioner harus dibuat secara cermat dan mudah dipahami oleh responden sehingga tidak menimbuhkan kesalahan penafsiran. Masalah utama dari pendekatan ini adalah hasil yang didapat belum mencerminkan karakter masyarakat yang


sebenarnya. Oleh karena itu digunakan beberapa teknik untuk mengurangi kelemahan tersebut.  Beberapa  teknik  yang  dapat  digunakan  adalah  dengan  pendekatan  tawar menawar, alokasi anggaran, dan permainan trade-off (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro,

1997).  Hasil  dari  survei  ini  dapat  menggambarkan  kurva  permintaan,  misalnya  untuk


barang rekreasi, ditunjukkan pada Gambar 1.





Gambar 1. Kurva Permintaan Barang Rekreasi


(Sumber : Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro, 1997)




2.2.2. Biaya


Pentingnya mengukur biaya secara akurat sering diabaikan dalam analisis manfaat dan biaya. Hasil dari suatu analisis menjadi kurang baik akibat memperkirakan biaya yang terlalu besar atau memperkirakan manfaat yang terlalu rendah. Negara-negara berkembang yang masih mengutamakan pertumbuhan ekonomi lebih cenderung melihat manfaat suatu proyek atau program terhadap pertumbuhan dan mendistribusikan biaya yang muncul ke setiap kelompok masyarakat. Negara-negara maju, khususnya program yang berhubungan dengan   lingkungan   hidup,   sering   lebih   memperhatikan   biaya   sehingga   analisis dimaksudkan untuk landasan memperkirakan biaya secara akurat.

Biaya sosial dapat diperkirakan dengan menggunakan prinsip oportunity cost, untuk membedakan dengan biaya untuk pembelian barang bagi individu. Oportunity cost dalam penggunaan sumber daya alam merupakan nilai tertinggi bagi masyarakat dari berbagai alternatif penggunaan sumber daya tersebut. Sehingga pendekatan oportunity cost merupakan  pendekatan  yang  terbaik  untuk  menentukan  nilai  dari  biaya  yang  tidak berwujud.


3. Metode Analisis Manfaat dan Biaya


Dalam   melaksanakan   analisis   terutama   pada   proyek   yang   mempunyai   umur ekonomis yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat yang berbeda-beda maka harus memperhitungkan konsep nilai uang. Analisis harus dilakukan dengan menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan dihitung dalam nilai sekarang.



3.1. Konsep Nilai Uang


Hampir semua proyek mempunyai umur yang lebih panjang dari satu tahun dan manfaat proyek tersebut tidak diterima seluruhnya pada suatu saat. Biaya proyek juga dikeluarkan dalam waktu yang berbeda-beda selama umur proyek yang bersangkutan. Karena itu timbul masalah dalam hal menilai manfaat dan biaya yang akan diterima pada suatu waktu yang akan datang. Perbedaan ini karena ada faktor ketidakpastian dan faktor diskonto, yang biasanya disamakan dengan tingkat bunga. Dalam analisis manfaat dan biaya faktor diskonto tidak selalu sama dengan suku bunga dan akan dibahas lebih lanjut pada bagian tersendiri. Faktor ketidakpastian disebabkan karena setiap manusia tidak tahu secara pasti yang akan terjadi pada masa yang akan datang sedangkan manusia hanya tahu dengan pasti saat sekarang. Faktor diskonto dapat dijelaskan dengan konsep nilai uang yang akan datang (future value) dan nilai uang sekarang (present value).



3.1.1. Konsep Nilai Uang yang Akan Datang


Apabila mempunyai uang sebesar P0  rupiah yang dibungakan terus menerus dengan tingkat diskonto i persen per tahun, maka hasil setelah t tahun (Pt) dapat dirumuskan sebagai berikut :



Pt = P0 (1 + i)t                      .           .           .           .           .           .           .           .        (1)




dengan :


Pt     : nilai uang di masa datang


P0     : nilai uang sekarang


i     : tingkat diskonto


t     : tahun


3.1.2. Konsep Nilai Uang Sekarang


Nilai uang yang akan diterima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan apabila uang tersebut diterima saat ini. Nilai uang sekarang dapat dihitung dengan menggunakan konsep nilai uang sekarang (merupakan kebalikan dari Persamaan 1) seperti di bawah ini.



P0 = Pt / (1 + i)t                  .           .           .           .           .           .           .           .        (2)




3.2. Metode Analisis


Pada dasarnya untuk menganalisis efisiensi suatu proyek langkah-langkah yang harus diambil adalah :

-    menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan


-    menghitung manfaat dan biaya dalam nilai uang


-    menghitung masing-masing manfaat dan biaya dalam nilai uang sekarang.


Ada tiga metode untuk menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek yaitu nilai bersih sekarang (NPB = net present benefit), Internal Rate of Return (IRR) dan perbandingan manfaat biaya (BCR = benefit-cost ratio).



3.2.1. Metode NPB (Nilai Bersih Sekarang)


Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaatnya lebih besar dari pada biaya yang diperlukan. Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek dikurangkan  dengan  biaya  proyek  pada  tahun  yang  bersangkutan  dan  didiskontokan

dengan tingkat diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya adalah :




NPB = å   t             t


T    M    - B

t


.           .           .           .           .           .           .        (3)


t =0


(1 + i)





dengan :


NPB : nilai bersih sekarang


i        : tingkat diskonto


T       : umur proyek


t        : tahun = 0,1,2,…,T


M      : manfaat


B       : biaya


Berdasarkan metode ini, proyek yang mempunyai NPB tertinggi adalah proyek yang mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Pemilihan proyek tergantung dari tingkat diskonto yang dipilih. Pemilihan tingkat diskonto haruslah mencerminkan biaya oportunitas penggunaan dana.



3.2.2. Metode IRR (Internal Rate of Return)

Dengan metode ini tingkat diskonto dicari sehingga menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang digunakan adalah :




T


å   M   - B


t


t           t     = 0

.           .           .           .           .           .           .           .        (4)


t =0  (1 + IRR)




Proyek  yang  mempunyai  nilai  IRR  yang  tinggi  yang  mendapat  prioritas.  Walaupun demikian pertimbangan untuk melaksanakan proyek tidak cukup hanya dengan IRR-nya saja, tetapi secara umum tingkat pengembaliannya (rate of return) harus lebih besar dari biaya oportunitas penggunaan dana. Jadi suatu proyek akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian (IRR) dan tingkat diskonto (i). Tingkat diskonto disebut juga sebagai external rate of return, merupakan biaya pinjaman modal yang harus diperhitungkan dengan tingkat pengembalian investasi. Investor akan melaksanakan semua proyek yang mempunyai IRR > i dan tidak melaksanakan investasi pada proyek yang harga IRR < i.

Ada beberapa kelemahan dari metode IRR, yaitu :


-     Metode IRR dapat menyebabkan pemilihan proyek yang keliru karena metode ini tidak memperhatikan skala investasi. Pemilihan proyek berdasarkan metode ini akan memberikan hasil yang keliru apabila skala atau besarnya proyek yang dibandingkan berbeda. Dalam hal ini metode NPB akan memberikan evaluasi yang konsisten walaupun skala proyek yang dibandingkan berbeda.

-     Metode IRR mungkin akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk proyek yang mempunyai waktu lebih dari 2 tahun maka harga IRR dapat mempunyai 2 nilai atau lebih yang dapat membingungkan (de Neufville, 1990). Pemilihan nilai IRR akan mempunyai implikasi yang berbeda dan tidak ada suatu kriteria pun yang secara teoritis dapat menunjukkan pilihan IRR yang akan dipakai.


3.2.3. Metode Perbandingan Manfaat dan Biaya (BCR)

Dengan kriteria ini maka proyek yang dilaksanakan adalah proyek yang mempunyai angka perbandingan lebih besar dari satu.




M


å

T

t

+   t


BCR =  t =0  (1   i) 


.           .           .           .           .           .           .           .        (5)


T

(1


å

t =0


Bt

+ i) t





Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksanakan apabila BCR > 1. Metode BCR akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB, apabila BCR > 1 berarti pula NPB > 0.

Metode BCR mempunyai kelemahan dalam hal membandingkan dua buah proyek karena tidak ada pedoman yang jelas mengenai hal yang masuk sebagai perhitungan biaya atau manfaat. Manfaat selalu dapat dianggap sebagai biaya yang negatif dan sebaliknya. Oleh karena itu BCR dapat selalu dibuat lebih tinggi dengan memasukkan biaya sebagai manfaat negatif. Oleh karena itu BCR dapat dimanipulasi oleh orang yang mengevaluasi agar nilai BCR lebih tinggi dari yang sebenarnya (Mangkoesoebroto, 1998).

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan masing-masing metode analisis seperti ditunjukkan  pada  Tabel 3. Dari ketiga metode analisis tersebut NPB merupakan yang terbaik karena metode lainnya dapat memberikan hasil yang keliru dalam menentukan pilihan proyek yang akan dilaksanakan.



Tabel 3. Rangkuman Perbandingan Metode Analisis




   

Metode

NPB
   

IRR
   

BCR



Karakteristik
   

Cerminan Skala

Proyek
   


TIDAK
   


TIDAK
   


YA

Mudah Mengurutkan

Proyek
   


TIDAK
   


YA
   


YA

Mudah

Digunakan
   


MUDAH
   


AGAK SUKAR
   


MUDAH


Kelebihan
   

Berfokus pada

nilai uang
   

Mencerminkan

tingkat pengembalian
   

Mudah mengurutkan

proyek


Kelemahan
   

Sukar

mengurutkan proyek
   

Hasil dapat

membingungkan
   

Bias dalam

operasional

Sumber : de Neufville (1990)


4. Persoalan dalam Analisis


4.1. Pemilihan Tingkat Diskonto


Mengingat  pentingnya  tingkat  diskonto  dalam  perhitungan  nilai  bersih  sekarang maka penentuan tingkat diskonto yang dipakai haruslah mencerminkan biaya oportunitas penggunaan dana. Tingkat diskonto yang terlalu tinggi akan menyebabkan NPB menjadi rendah untuk proyek-proyek yang memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya tingkat diskonto yang rendah akan memprioritaskan proyek yang cepat memberikan hasil.

Penentuan tingkat diskonto merupakan suatu hal yang sangat penting karena dilaksanakannya suatu proyek sangat tergantung dari tingkat diskonto yang dipilih. Ada beberapa tingkat diskonto dalam masyarakat, misalnya tingkat bunga tabanas, deposito (yang juga bermacam-macam tingkatnya tergantung jenis dan jangka waktunya), pinjaman bank, dan tingkat bunga resmi yang besarnya berbeda-beda.

Pada  sektor  swasta  tingkat  diskonto  yang  dipakai  pada  umumnya  sama  dengan tingkat bunga yang berlaku karena tingkat bunga mencerminkan oportunitas penggunaan dana.  Akan  tetapi  tingkat  bunga  yang  berlaku  untuk  setiap  proyek  seharusnya  juga berbeda-beda karena perbedaan resiko pemberi pinjaman. Apabila pemberi dana merasa ragu-ragu akan pengembalian uang yang digunakan, maka ia akan meminta bunga yang tinggi agar ia dapat memperoleh kembali uang yang dipinjamkan dalam waktu yang relatif singkat. Jadi tinggi rendahnya tingkat bunga disebabkan karena perbedaan risiko yang diperkirakan oleh pemberi pinjaman. Tingkat diskonto yang dipakai dalam analisis untuk proyek pemerintah seharusnya mencerminkan tingkat hasil yang didapat (rate of return) apabila dana untuk program tersebut dipakai oleh sektor swasta. Sehingga tingkat diskonto yang dipakai seharusnya mencerminkan biaya oportunitas proyek pemerintah. Secara teoritis, pemindahan sumber ekonomi dari sektor swasta ke sektor pemerintah hanya bisa dilakukan  apabila  sumber  ekonomi tersebut dapat memberikan hasil yang lebih tinggi apabila  dana tersebut digunakan oleh pemerintah dari pada oleh swasta. Hal ini akan menjamin penggunaan sumber ekonomi yang efisien. Selain itu, tingkat diskonto dalam analisis  manfaat  dan  biaya  harus  mencerminkan  kesediaan  masyarakat  untuk menangguhkan konsumsi sekarang dengan menabung untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi di kemudian hari. Apabila pemerintah memerlukan dana yang diambil dari tabungan masyarakat maka tingkat bunga pada tabungan masyarakat harus sama dengan tingkat diskonto untuk tujuan evaluasi proyek pemerintah.


Karena sulitnya menentukan tingkat diskonto yang tepat sedangkan penetuan tingkat diskonto  adalah  hal  yang sangat  penting dalam  evaluasi  suatu  proyek  maka para ahli ekonomi menggunakan tingkat diskonto sosial (social discount rate) yang mereka perkirakan dengan mempertimbangkan risiko pajak dan tingkat inflasi. Tingkat diskonto sosial ini untuk Indonesia dapat merupakan gabungan dari tingkat bunga Bank Indonesia dan pinjaman luar negeri (Overseas Development Program dari Jepang, IMF, dan Bank Dunia) yang umumnya jauh lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku umum.



4.2. Keuntungan dan Kelemahan


Keuntungan dari penggunaan analisis manfaat dan biaya dalam menentukan program pemerintah adalah terjaminnya penggunaan sumber ekonomi secara efisien. Program pemerintah yang dianalisis dengan cara ini akan memperhitungkan kondisi perekonomian secara menyeluruh sehingga dapat meningkatkan penggunaan faktor-faktor produksi dan dapat tercapai kesejahteraan masyarakat yang maksimum.

Kelemahan dari analisis ini adalah membutuhkan perhitungan manfaat secara kuantitatif,   sedangkan   banyak   proyek   pemerintah   yang   tidak   dapat   diukur   secara kuantitatif. Hal ini dapat menyebabkan untuk proyek yang kurang menguntungkan bagi masyarakat akan dipilih sedangkan yang lebih bermanfaat tidak dipilih karena proyek yang kedua tidak dapat diukur manfaatnya secara kuantitatif. Kelemahan lain adalah tidak mempunyai fleksibilitas, sehingga dikatakan bahwa apabila analisis manfaat dan biaya dilaksanakan  terlalu  jauh,  maka  pemerintah  tidak  lagi  dilaksanakan  oleh  wakil-wakil rakyat yang membawa aspirasi rakyat, akan tetapi pemerintah dilaksanakan oleh robot- robot.

























PENUTUP


A.  
Kesimpulan’

Analisis manfaat dan biaya dalam kenyataannya lebih sudah dari pada teori yang sudah dibahas, karena baik manfaat maupun biaya bisa berubah sepanjang waktu. Hal ini dapat terjadi pada proyek investasi yang nilai ekonomisnya berlangsung lama dan kebanyakan mempunyai aspek resiko. Disamping itu meskipun biaya modal hanya terjadi pada permulaan investasi tetapi biaya operasi yang jumlahnya cukup besar kemungkinan harus dikeluarkan dalam tahun-tahun mendatang. Implikasi ini adalah perlunya ketelitian dalam menentukan faktor diskonto dan memperkirakan resiko yang tidak dikehendaki yang mungkin terjadi.



B.     Saran


Sebaiknya dalam menganalisis suatu biaya dan manfaat dalam lingkup sosial sebaiknya dilakukan dengan teliti agar mendapatkan nilai yang lebih baik.


Daftar Pustaka


1.   Cullis,  J.G.  and  P.R.  Jones  (1992)  Public  Final  and  Public  Choice:  Analytical


Pespectives, Mc-Graw-Hill.


2.   de  Neufville,  R.  (1990)  Applied  System  Analysis  :  Engineering  Planning  and


Technology Management, McGraw-Hill, Inc.


3.   Eatwell, J., M. Milgate, and P. Newman (1987) The New Palgrave a Dictionary of


Economics, Vol. 3, The Macmillan Press Limited, London.


4.   Field, B.C. (1994) Environmental Economics: an Introduction, McGraw-Hill, Inc.


5.   Mangkoesoebroto, G. (1998) Ekonomi Publik, BPFE-Yogyakarta.


6.   Musgrave, R.A. and P.B. Musgrave (1989) Public Finance in Theory and Practive, McGraw-Hill, Inc.

7.   Reksohadiprodjo,  S.  dan  A.B.P.  Brodjonegoro (1997) Ekonomi Lingkungan: Suatu


Pengantar, BPFE-Yogyakarta.


8.   Whiting,    P.G.    (2000)    Monetary    Valuation    of    Socio-Economic    Aspects    in

Environmental Impact Assessment: Some Thoughts, Jurnal Ekonomi Lingkungan, Juni, CEES, Jakarta.






 =======================================================================


Bagi yang ingin undih filenya, klik DISINI atau DISINI
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 
banner

Delivered by FeedBurner