Senin, 28 Mei 2018

Tugas Silase Ikan - Produk


I. PENDAHULUAN

1.      1. Silase Ikan

            Silase ikan merupakan produk cair yang dibuat dari ikan yang dicairkan oleh enzim-enzim yang tedapat pada ikan itu sendiri dengan menambah asam organic (Afrianto dan Liviwaty, 1989) Silase adalah produk yang berupa cairan kental hasil pemecahan senyawa komplek menjadi senyawa sederhana yang dilakukan oleh enzim pada lingkungan yang terkontrol

1. 2. Prinsip Silase Ikan

            Prinsip dan Proses Pembuataan Silase. Prinsip pembuatan silase ikan adalah menurunkan pH ikan agar pertumbuhan maupun perkembangan bakteri pembusuk terhenti.  Dengan terhentinya aktivitas bakteri, aktivitas enzim baik yang berasal dari tubuh ikan itu sendiri maupun dari asam yang sengaja ditambahkan meningkat.

1. 3. Proses Pembuatan Silae Ikan

            Seperti telah dijelaskan dimuka, untuk pembuatan silase perlu diusahakan agar pH lingkungan rendah. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan menambahakan asam tertentu pada ikan yang akan difermentasi.











II. BAHAN DAN PERALATAN

2. 1. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan silase ikan :

•          Ikan

•          Asam Propionat

•          Asam Formiat

2. 2. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan silase :

•          Gelas ukur/Literan Air

•          Pencacah/penggiling daging

•          Dandang perebusan

•          Pemanas/kompor












III. PROSEDUR PENGOLAHAN SILASE

3. 1. Cara Pembuatan Silase

      Berdasarkan bahan baku yang digunakan, pembuatan silase ikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Bahan baku berupa ikan mentah

•         Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan silase ikan adalah mencuci daging ikan yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan silase.

•         Setelah dicuci bersih ikan dicincang halus ukuran 1 – 2 cm atau lebih halus lagi dan kemudian digiling hingga benar – benar lumat.

•         Ikan yang telah digiling dimasukkan kedalam wadah yang akan dibubuhi asam,

•         Tambahkan asam formiat kedalam wadah barkadar 85 % sebanyak 2 – 3 % dari berat total ikan yang akan diproses ( sekitar 3 liter untuk setiap 100 kg ikan ). Tujuan utama pemberian asam formiat ini adalah untuk menurunkan kadar pH pada lingkungan didalam wadah hingga mencapai 4,5 atau lebih rendah lagi.

•         Selanjutnya kedalam wadah tersebut ditambahkan pula asam propionate sebanyak 1 % ( 1 liter untuk 100 kg ikan ). Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya awet dari silase yang akan dihasilkan.

•         Bahan baku ikan yang telah ditambahkan asam propionat dan asam formiat harus selalu diaduk agar keduanya benar – benar tercampur secara merata. Proses pengadukan tersebut sebaiknya dilakukan 3 – 4 kali sehari, selama 4 hari pertama.

•         Bila semua langkah pengerjaannya dilakukan dengan benar, pada hari ke-5 telah tampak cairan yang keluar dari tubuh ikan.

•         Bersamaan dengan timbulnya cairan dari tubuh ikan, biasanya akan timbul pula cairan lemak. Sebaiknya cairan lemak yang ada segera dibuang karena jika dikonsumsi oleh ikan akan menimbulkan pengaruh kurang baik pada ikan dan ternak.

•         Untuk mendapatkan silase dalam bentuk kering, sebaiknya dilakukan penambahan karbohidrat (dedak, tepung kanji, tepung terigu, dan lain – lain ). Setelah dilakukan penambahan karbohidrat silase dijemur hingga benar – benar kering.

•         Produk silase yang telah kering disimpan dalam wadah yang bersih dan kering kemudian digunakan sedikit demi sedikit untuk pakan ternak dan ikan.

2. Bahan baku berupa ikan yang telah masak

•         Proses pembuatan silase dengan bahan baku ini sama seperti pada pembuatan silase dengan bahan baku ikan mentah. 

•          Gilingan daging ikan yang telah halus dimasukkan kedalam wadah dan kemudian direbus. Tambahkan air kedalam wadah tersebut agar ikan tidak hangus, terutama ikan didasar wadah. Jumlah air yang ditambahkan tidak perlu terlalu banyak, cukup setinggi 0,5 – 1 cm dari dasar wadah perebusan.

•          Setelah direbus, tambahkan asam formiat dan asam propionat, berturut – turut sebanyak 2 – 3 % dari berat total ikan yang akan diolah. Langkah pengejaannya selanjutnya sama seperti pada pembuatan silase ikan dengan bahan baku ikan mentah.


3. 3.  Kriteria Silase yang baik

1.      KEWANGIAN

•      Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. Nilai 25

•      Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20

•      Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau   sama sekali tidak ada bau. Nilai 10

•      Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0


2.      RASA

•      Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25

•      Rasanya sedikit asam Nilai 20

•      Tidak ada rasa Nilai 10

•      Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. Nilai 0


3.      WARNA

•      Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25

•      Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10

•      Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0


4.      SENTUHAN

•      Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25

•      Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10

•      Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel


VI. PROSES FERMENTASI

4. 1. Prinsip fermentasi

            Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses memanfaatkan penguraian senyawa dari bahan-bahan protein komplek.

Cara fermentasi pada dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

•         Proses fermentasi yang memungkinkan terjadinya penguraian atau trasportasi yang nantinya akan mampu menghasilkan suatu produk dengan bentuk dan sifat yang sama sekali berbeda ( berubah ) dari keadaan awalnya. silase ikan.

•          Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa asam laktat, secara nyata akan memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk yang diolah tersebut, misalnya dalam pembuatan ikan peda.

4. 2. Fermentasi Ikan

Proses fermentasi pada ikan adalah proses penguraian secara biologis atau semibilogis terhadap senyawa-senyawa kompleks terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dalam keadaan terkontrol.

Proses fermentasi ikan yang merupakan proses biologis atau semi biologis pada prinsipnya dapat daibedakan atas empat kelompok, yaitu sebagai berikut.

•          Fermentasi dengan menggunakan kadar garam tinggi, misalnya dalam pembuatan peda, kecap.

•          Fermentasi dengan menggunakan asam organik, misalnya dalam pembuatan silase ikan dengan cara menambahkan asam-asam propionate dan formiat.

•          Fermentasi dengan menggunakanasam-asam mineral, misalnya pembuatan silase ikan menggu8nakan asam-asam kuat.

•          Fermentasi menggunakan bakteri asam laktat, misalnya dalam pembuatan bekasam dan chao teri.

Proses fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :

•         Suhu

 Suhu sebagai factor lingkungan terpenting yang mempengaruhi dan menentukan macam mikroorganisme yang dominan selama fermentasi

•         Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak terjadi lagi.

•         Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme paling cepat.

•         Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak mungkin terjadi lagi.

•         Oksigen

Udara atau oksigen didalam proses fermentasi harus diataur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme tertentu.

•         Substrat

Seperti halnya mahluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai makanan yang akan menjadi sumber energi, dan menyediakan unsure-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel.

•         Air

Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air didalam substrat digunakan mokroorganisme dalam pertumbuhan dinyatakan dalam istilah water activity atau aktivitas air = aw, yaitu perbandingan antara tekanan uap dari larutan ( P ) dengan tekanan uap air murni ( Po ) pada suhu yang sama.

•         Kerusakan pada Produk Fermentasi Hasil Perikanan

Produk fermentasi hasil perikanan dapat mengalami kerusakan jika tahap yang dilakukan tidak tepat. Suhu penyimpanan yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan enzim menjadi tidak aktif dan pertumbuhan bakteri yang diinginkan jadi terhambat. Apabila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan bakteri yang tidak kita inginkan akan tumbuh.



V. ANALISA EKONOMI DAN USAHA

Presentase Batas Rugi – Laba (Break Even Point)               

BEP =  21.190.500      :     314.172.000  -   212.988.900  X  100 %

                21.190.500   :  101.183.100  X   100 %    = 20,94 %

                20,94 %  X  69.816 botol  =  14.620 botol

                14.620 botol  X  Rp. 4.500  =  Rp 65.790.000

Jangka Pengembalian Modal (Pay Back Priode)

PBP  =  80.946.480   +  2.850.000    :    21.233.200  X   100 %

           =  83.796.480  :  21.233.200  X 100%                            39,46 %

Jangka Pengembalian Modal  39,46  %   X  Rp21.233.200                    Rp 8.378.621

                      21.233.200   :  83.796.480                     0 Tahun 3 Bulan   

Nilai Tambah     314.172.000  -   191.798.400 /  480                      Rp 254.945

80.946.480  :  21.233.200 X 100 %                   381,227 %  (presentase keuntungan)

Nilai Tambah Silase Ikan perkilogramnya  adalah  Rp 254.945  -  Rp 5.000

=  Rp249.945,- 


















LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Abun; Tjitjah, A; Denny, R; Kiki, H. 2007. Evaluasi Nilai Kecernaan Limbah Ikan Tuna (Thunnus atlanticus) Produk Pengolahan Kimiawi dan Biologis pada Ayam Boiler. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Abun; Denny, R; Deny, S. 2004. Pengaruh Cara Pengolahan Limbah Ikan Tuna (Thunnus atlanticus) terhadap Kandungan Nilai Energi Metabolis pada Ayam Pedaging. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan     Pengawetan Ikan. Bumi aksara. Jakarta.

Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2010. Proses Penurunan dan Cara Mempertahankan Kesegaran Ikan. Widya Padjajaran. Bandung.

Ernawati, D. 2008. Perancangan Pabrik Asam Formiat dari Metil Format dan Air Kapasitas 12.150 Ton/Tahun. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Hermana, W., W.G Piliang, L.A. Sofyan, N. Djazuli. 2011. Pengaruh Penggunaan Tepung Silase Ikan Dalam Ransum Terhadap Penampilan Ayam Pedaging Strain Aksas. Med. Pet. Vol. 24 No 3.

Mairizal, 2010. Pengaruh Penggantian Tepung Ikan dengan Tepung Silase Limbah Udang dalam Ransum Ayam Pedaging terhadap Retensi Bahan Kering dan Protein Kasar. Jurnal Peternakan Vol 7 No 1 Februari 2010 Hal. (35-41).

Nur, H.S. 2005. Pembentukan Asam Orgamik Oleh Isolat Bakteri Asam Laktat Pada Media Ekstrak Daging Buah Durian (Durio zibethinus Murr.) Bioscientitae Volume 2, Nomor 1 Januari 2005 Halaman 15-24.











MAKALAH

PRODUK HASIL PERIKANAN SELAIN MAKANAN

“SILASE IKAN”


index.png


OLEH :

NAMA

NIM


MATA KULIAH :

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN



JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016


DAFTAR PUSTAKA

Berchmans, H.J., dan Hirata, S. 2008. Biodiesel Production from Crude

 Jatropha curcas

 L. Seed oil with a high content of free fatty acids.

 Bioresource Technology

 99

, 1716-1721. Buasri, A., Chaiyut, N., Loryuenyong, V., Worawanitchaphong, P., dan Trongyong, V. 2013. Calcium Oxide Derived from Waste Shells of Mussel, Cockle, and Scallop as the heterogeneous Catalyst for Biodiesel Production.

The Scientific World Journal

2013

, Article ID 460923. Cappenberg, H.A.W. 2008. Beberapa Aspek Biologi Kerang Hijau

Perna viridis

 Linnaeus 1758.

Oseana

,

XXXIII

, Nomor l, Tahun 2008 : 33-40. Day, R. A dan Underwood, A. L. 1996.

 Analisa Kimia Kuantitatif

. Erlangga, Jakarta Fanny, W.A., Subagja, dan Prakoso, T. 2012. Pengembangan Katalis Kalsium Oksida Untuk Sintesis Biodiesel.

 Jurnal Teknik Kimia Indonesia

,

11

 (2) : 66-73. Gerpen, J.V. 2005. Biodiesel Processing and Production.

Fuel Processing Technology

86

, 1097-1107. Hambali, E., Suryani, A., Dadang, Hariyadi, Hanafie, H., Reksowardojo, I., K., Rivai, M., Ihsanur, M., Suryadarma, P., Tjitrosemito, S., Soerawidjaja, T., H., Prawitasari, T., Prakoso, T., dan Purnama, W. 2006.

 Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel

. Penebar Swadaya, Jakarta. Hayyan, A., Alam, Md.Z., Mirghani, M.E.S., Kabbashi, N.A., Hakimi, N.I.N.M, Siran, Y.M., dan Tahiruddin, S. 2010. Sludge Palm Oil As a Renewable Raw Material For Biodiesel Production by Two-Step Processes.

 Bioresourse Technology

101

, 7804-7811. Ketaren, S. 1986.

Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan

. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Prihandana, R., Hendroko, R., dan Nuramin, M. 2006.

 Menghasilkan Biodiesel Murah  Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM

. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sari, Y.M. 2012.

Potensi Minyak Kelapa Sawit (CPO) Sebagai Biodiesel Alternatif Pengganti Solar di Provinsi Riau

. Univeritas Riau, Pekanbaru. Setiabudiningsih. 2004.

Penelitian Kerang di Concong Luar Kecamatan Kuinora Kabupaten Indragiri Hilir.

 Dinas Kelautan dan Perikanan, Pekanbaru. Sukardjo. 1990.

Kimia Anorganik

. Rineka Cipta, Jakarta.




===================================================================


SIlahkan unduh DISINI atau DISINI
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 
banner

Delivered by FeedBurner